GERAKAN 4 M WUJUDKAN INSPIRASI DUNIA EKSPOR GENERASI MUDA INDONESIA
Oleh : Yusuf Aliputro, S.Pd.
“Dunia tak selebar daun kelor” sebuah
ungkapan yang sangat pas untuk mengambarkan bagaimana keadaan dunia akhir akhir
ini. Dimana dunia telah berubah, tak ada lagi batas antara ruang dan waktu.
Yang dulunya komunikasi antar keluarga yang di Jakarta dan Surabaya terasa
jauh, kini tak ada batas, setiap saat bisa berkomunikasi, bahkan terasa sangat
dekat dengan perkembangan digital. Era globalisasi benar-benar menyentuh sektor
privat, didalam kamar anak-anak bisa menjelajah dunia luar negeri, budaya,
sosial, politik, musik dengan mudah tanpa batas.
Pun demikian dengan persoalan ekonomi, sejak
tahun 2015 era pasar bebas di Asean melalui kesepakatan MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean) benar-benar di buka. Sudah tidak ada lagi batas antara negara, barang
dari luar negeri bisa dengan mudah masuk ke Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Dimana beberapa tahun belakangan barang dari Cina membanjiri pasar Indonesia. Dengan
harga yang sangat murah bahkan membunuh industri lokal di Indonesia.
Pertanyaannya haruskah pengusaha Indonesia menyerah dengan keadaan ini!. Tentu
itu bukan solusi yang menyelesaikan.
Masyarakat harus berubah, mereka harus
memahami tentang konsep ekspor dan impor barang dan jasa baik dalam negeri
maupun luar negeri. Era globalisasi menuntut setiap warga negara untuk
membangun perekonomian secara global. Terlebih banyaknya kekayaan alam dan
sumber daya manusia yang dimiliki negara ini. Tentu memiliki banyak potensi
produk kreatif dari berbagai sumber daya alam yang bisa diolah menjadi barang
kerajinan, barang kreatif dan inovatif yang dibutuhkan pangsa pasar global.
Disinilah peran pendidikan harus dimaksimalkan. Pendidikan untuk anak anak
harus diterapkan sejak dini.
Dimana pendidikan di Indonesia mulai sekarang
harus menjadi fondasi pembangun mental siswa belajar berwira usaha dengan pandangan
global. Siswa sejak dini harus belajar bersentuhan dengan pendidikan berbasis
projek barang-barag yang dibutuhkan masyarakat global, lalu apa langkah yang harus dilakukan untuk bisa mewujudkan
pengusaha muda yang mampu menguasai perekonomian global, berikut 4 M langkah
cerdasnya:
1.
Mendidik dengan pembelajaran kontekstual
Pendidikan adalah kunci utama kesuksesan
suatu negara, jika pendidikan baik maka masa depan negara akan baik, karena
setiap pemimpin, pengusaha, dan rakyat akan sejalan dengan pola pendidikan yang
dibangun di negara tersebut. Dalam hal ini tentang kemampuan masyarakat untuk
menghadapi tantangan global maka pendidikan sejak awal harus di fokuskan untuk
menghadapi tentanagan tersebut dan salah satunya adalah membuat pembelajaran
berbasis PBL (Projeck best learning).
Dimana siswa sejak dibangku sekolah diajarkan
untuk mengenal dan membuat barang yang memiliki pangsa pasar global,
pembelajaran ini juga bisa dilakukan melalui konsep kokulikuler dengan
memadukan linta smapel, smeisal membuat prodak kopi jawa dengan mengabungkan
antara pelajaran TIK membuat desain prodak yang menarik, bahasa Indoensia dan Inggris
dengan membuat teks prosedur dalam kemasan yang menarik, kemudian IPS dengan
mengabungkan perhitungan barang yang bernilai ekonomis. PBL ini harus dilakukan
sesering mungkin agar anak anak memiliki gambaran yang jelas akan prodak yang
dibuatnya.
2.
Menumbuhkan mentalitas pebisnis global
Langkah selanjutnya adalah menumbuhkan mentalitas pebisnis global,
dimana sejak dini anak anak harus memiliki karakter kreatif, inovatif dan
adaptif. Pembiasaan ini bisa ditanamkan sejak dibangku sekolah dengan
menanamkan 7 kebiasaan. Melalui berbagai program yang dirancang sekolah agar
siswa memiliki mentalitas global. Selain itu siswa harus memiliki wawasan
global untuk selalu siap bersaing dengan berbagai masyarakat di dunia, memahami
bagaimana pola pemikiran dan budaya mereka akan memudahkan wawasan global
tertatan pada siswa-siswa Indonesia.
3.
Melatih Skill siswa
Setelah secara mental sudah siap maka selanjutnya
yang harus dilakukan adalah melatih dengan berbagai program yang mengembangkan
skill siswa secara konsisten. Beberapa skill yang bida dikembangkan siswa
diantaranya: pertama, kemampuan bahasa asing, dimana setidaknya ada 3
bahasa global yang harus dikuasai siswa diantaranya bahasa Inggris, bahasa Cina
dna bahasa arab, karena ketiga bahasa ini menguasai sebagian pengiasaan bahasa
di duni. Jika anak-anak Indonesia menguasai tiga bahasa ini maka mereka akan
lebih mudah memahami persaingan global,
Kedua, melatih kemampuan literasi digital dan
teknologi multimedia. Dengan perkembangan digitalisasi yang cukup masif maka
berbagai projek ekspor banyak ditentukan oleh kecepatan pengunaan ebrbagai
aplikasi jual beli, seperti digita marketing, e-commerce dan pemahaman
akan data pasar, kemampuan ini tentu melalui pembelajaran multimedia harus
diarahkan lebih ke arah global, tidak sekedar mengetik word atau excel
sederhana, penguasaan data melalui multimedia harus mulai dikenalkan, agar anak
anak terbiasa dengan istilah eksport.
Ketiga, seluruh siswa harus dilatih
ketrampilan komunikasi dan negosiasi, disinilah peran penting bidang studi
bahasa Indonesia dana bahasa Inggris, siswa tidak hanya diajarkan menulis atau
membaca saja, tapi berdebat, bernegosiasi agara mereka memiliki pemahaman akan
pentingnya negosiasi dalam bisnis,
Keempat adalah membiasakan anak berpikir
kritis, selama ini masih banyak guru yang tidak suka dengan siswa yang kritis,
siswa yang banyak bicara, dan banyak tanya, hal inilah yang harus mulai
dilakukan setiap guru di Indonesia, mereka harus mampu menumbuhkan pembiasaan
kritis siswa. Mereka harus melatih siswa untuk menyelesaikan masalah dengan
penuh tanggungjawab, berbagai diskusi akan pasar global harus sering di angkat
dalam pembelajaran, sehingga siswa bisa mengkritisi berbagai persoalan global,
semisal mengapa kita lebih suka k-pop daripada musik Indonesia, apakah musik
indonensia yang unik seperti dangdut tidak bsia menjadi musik gglobal. Atau
amsalah lain seperti mengapa pakaian Cina menguasai pasar Indonesia, apakah
tidak mungkin barang barang Indonesia yang berbilai budaya tidka bisa di sukai
masyarakat Cina, seperti barang-baranag kreatif dari seniman Bali, pertanyaan
kritis ini akan mendapatkan tanggapan kritis dari siswa, dan jika ini
dibiasakan maka anak anak akan memiliki daya jelayah pemikiran lebih luas.
4.
Membangun pembelajaran kolaboratif dengan DU/DI.
Langkah selanjutnya adlah membangun pembelajaran kolaboratif dengan DU
(Dunia usaha) dan dunia insustri (DI). Selama ini hanya dilakukan oleh sekolah
setingkat SMK saja, sedangkan untuk SMP dan SMA kalaupun ada hanya formalitas.
Hal inilah yang harus di rubah, dimana pembelajaran kolaboratif harus terukur,
semisal anak anak saat kunjungan industri harus membuat risert, sehingga mereka
saat kunjungan berpikir kritis untuk mencari tahu masalah dan penyelesaian
masalah dari perusahaan tersebut, ini akan menumbuhkan pengetahuan yang
mendalam bagi siswa. Hal lain sekolah bsia melakukan sistem mentoring dari
orang tua mengajar, dimana orang tua yang bekerja sevagai pebisnis etrutama di
sektir eksport didatangkan ke sekolah untuk mengajar anak anak, pembiasaan ini
akan menumbuhkan minat siswa lebih akan dunia ekspor. Dan selanjutnya bisa berkolaborasi
dengan pemerintah seperti bea cukai, kementrian perdagangan, dinas koperasi dan
UMKM Agar mengatahui bagaimana kebijakan pemerintah akan ekspor.
Disinilah pendidikan memiliki peran strategis dalam menumbuhkan semangat
ekspor sejak dini. Melalui kurikulum nasional yang kontekstual, pembelajaran
berbasis praktik (PBL), dan dukungan ekosistem edukasi yang kuat dari
pemerintah, orang tua, dunia usaha dan sekolah, siswa dapat dibekali wawasan,
keterampilan, dan mentalitas global. Implementasi yang konsisten akan
menghasilkan generasi muda yang tidak hanya cinta produk lokal, tetapi juga
mampu membawa produk Indonesia menembus pasar global.