MELUKIS JEJAK ANTARA AKU, KAU DAN MANGRUVE


Ini tentang perjalanan, yang katanya asik dan seru. tapi tak seperti lainnya, yang lebih memilih swalayan, hotel, tempat wisata yang serba moderen. ini adalah kisahku, bersama tim TGI yang sedang mencari secercah harapan. tentang masa depanku, kau dan lingkunganku. pagi itu seperti janji kita untuk bertemu di satu titik di Ujung pangkah. salah satu Kecamatan di Kabupaten Gresik- Jawa Timur. janji yang tak seperti biasanya. janji  setia untuk menyimpan memori indah yang  di terimanya, untuk kemudian di tuangan dalam ide bersama demi tercerahkannya masa depan Indonesia.

"Masa depanku terletak bersama masa depan alamku" itu simpulan yang kami terima.  ketika banyak sekali penebak burung masih berkeliaran diantara tambak-tambak dan sawah, lalu hutan dan kebun, membunuh burung yang tak berdosa atas dasar belajar menembak, ketika induk tumbang, maka anakpun akan mati dalam sarang. burung kuntul, belkok, kutilang, jalak, elang,  tak akan lagi bisa kita saksikan di alam satu saat nanti.

Tapi syukur Alhamdulillah, kata itu yang bisa aku ucapkan ketika menginjakkan kaki di Wilayah Kawasan Ekonomi Esensial (KEE) Mangruve  Ujungpangah-Gresik. yang sejak tahun 2020 ditetepkan sebagai wilayah KEE oleh Gubernur Jawa Timur. tentu ini kebijakan yang sangat bersahabat bagi masyarakat, hewan, tanaman, dan alam sekitar.

Memulai perjalanan dari ujung dermaga, aku lihat bagaimana kehidupan masyarakat bergeliat  membangun perekonomian dari hasil alam, tambak, sungai, dan laut, sungguh luar biasa alam menyediakan makanan dan penghasilan yang melimpah. kepiting, ikan dari berbagai jenis,yang dibawah nelayan dari perahu-perahunya silih berganti memasuki Tempat pelelangan ikan (TPI) Ujung Pangkah. senyum ramah mereka kami rasakan setiap kami datang untuk bertanya dan membidikkan kamera ke mereka. tak ada rasa canggung bagi mereka. sungguh Tuhan masih sayang ke mereka denegan menyediakan hasil alam yang berlimpah.



Tapi tentu Tuhan tidak memberikan semua secara gratis, merekalah  (manusia) yang telah diangkat sebagai Kholifah (Pemimpin) di bumi, harus lebih perhatian, lebih peduli merawat, melestarikan keseimbangan alam. mengambil ikan yang sudah besar saja, lalu memberikan hak ikan kecil untuk berkembang, tidak memakai pukat harimau saat menangkap ikan, tidak memakai obat kimia untuk  memperoleh ikan, lalu tidak membabat mangruve unntuk keperluan pemukiman atau meluaskan tambak tambah mereka, karena hutan mangruve adalah tempat tumbuh kembang kepiting, ikan, lalu burung-burung alam.

Dengan kamera seadanya, lalu memori mata kami yang begitu berharga, kami simpan memori alam ini. Momen dimana pertumbuhan mangruve di wilayah ini masih terjaga dengan indah.  Membuat hatiku tersenyum cerah. setidaknya untuk 20 tahun mendatang anak-anak negeri ini masih bisa menyaksikan 72 jenis spesies burung dari berbagai spesies , setidaknya ada 44 burung air dan 28 burung migran masih bisa hidup berdampingan dengan mereka.

belum lagi kepiting, ikan-ikan yang banyak berkembang di sepanjang Anak Sungai Bengawan Solo yang mengalir sampai ke laut. pemandangan ini sangat menyenangkan hati. kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Gresik, dan juga  Pemerintah Desa Ujungpangkah serta seluruh elemen masyarakat hingga saat ini kami tetap bisa menyaksikan keindahan alam desa ini.


Burung mycteria cinerea asal Madagaskar dan juga pelikan dari Australia pun masih dapat kami saksikan berterbangan diatas kami, ketika perahu yang kami tumpangi membelah sungai menuju batas pantai dan mangruve. pemandangan yang tidak hanya sekali kami saksikan tapi berkali-kali, teriakan dari sahabat sahabatku, nelayan yang melintas membawa hasil panen tambak dan laut menjadikan hari kami semakin gembira.

Dan sepanjang jalan, kami melihat begitu perhatian masyarakat desa, baik melalui pernagkat desa, pemuda pencinta lingkungan yang telah menanam 462 tanaman mangruve di kawasan seluas 140 hektar. terus dilakukan edukasi pentingnya menanam mangruve menjadi pembiasaan masyarakat, sehingga pengunjung yang ingin menyaksikan pelikan dan berbagai burung lain juga turut serta tergerak menyumbangkan berbagai tanaman mangruve untuk di tanam.

Dan tentu saja aku , kau dan teman teman komunitas TGI menjadi salah satu yang tergerak menanam tanaman mangruve di wilayah ini. karena kami percaya apa yang kami tanam hari ini, adalah masa depan Indonesia, masa depan keberagaman hewan, tanaan yang akan terus bisa di saksikan anak cucu kita. menanam hari ini adalah usaha untuk terus pedui pada alam, karena kami yakin Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum tersebut tidak mau merubah nasibnya sendiri.

jika hari ini kami abai dengan keberadaan hutan mangruve, lalu membunuh burung dan ikan dengan begitu sadisnya, demi kepuasan sesaat. maka kelak kita tidak akan pernah menyaksikan keindahan seperti hari ini. dan para nelayan tak akan bisa tersenyum seperti pagi ini. mereka akan kesulitan mencari ikan karena habitat tumbuh kembang ikan dan hewann lainnya telah binasah.

Selain itu keberadaan hutan mangrove di setiap bibir pantai akan menjaga dari abrasi, karena gelombang laut  tertahan diantara akar dan batang mangrove. Yang tentunya akan menyelamatkan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Tak Ada salahnya menanam mangeuf sejak saat ini! Karena mangrove alan menjaga dari bencana alam yang lebih dasyat.



Apa yang kami tanam tentu bukan sesuatu yang istimewa tanpa ada keikut sertaan kalian, masyarakat, dan pemerintah sepanjang zaman untuk tetap menanam, melestarikan hutan mangruve di setiap pantai di Indonesia. karena apa yang ada di Ujung Pangkah adalah miniatur dari persoalan yang ada di Indonesia dan di Dunia tentunya. bergerak bersama, bergotong royong, bergandengan tangan untuk menyelamankan alam, dan pada hakikatnya itu menyelamatkan kehidupan kita sebagai manusia. karena manusia tercipta bukan sebagai pelengkap, tapi sebagai pemimipin untuk alam semesta,

Menjaga keberagaman habitat flora dan fauna di berbagai wilayah adalah tugas utama manusia. jika kita baik kepada alam maka alam akan baik kepada kita juga. dan terakhir yang aku harapkan baik di Ujungpangkah atau di Lautan Indonesia, di sepanjang sungai masih tertata rapi kapal-kapal nelayan, arena itu menandaka bumi masih berdamai dengan manusia, alam masih menyediakan sumber daya alam yang melimpah untuk bisa di gunakan sesuai kebutuhan. dna itu tandanya masyaraat juga masih sangat peduli dengan kestabilan alam, dengan selalu menjaga habitat mangruve, habitat ikan dan burung. serta terjaganya sampah dari kejailan manusia di lingkungan sekitar.

Perahu Nelayan untuk mengangkut Hasil laut











 




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUDAYA GRESIK "BERBUDAYA"

SANAS (SATGAS ANTI NARKOBA SPENSABA) AYO BERSIHKAN SEKOLAH DARI PENGARUH NARKOBA