Minggu, 08 Mei 2016

cekrek... cekrek... cekrek..... (Fotografi dadakan)

eskul fotografo belum ada di spensaba tapi cekrek... cekrek sudah menjadi langanan di spensaba. salah satunya foto untuk album musik spensaba berikut
hasilnya lumayan kan. bagaimana komposisinya. sudah Oke
foto bertiga. di depannya ada 100 orang sebagai tim suksesnya

SPENSABA KINI MEMILIKI ALBUM BARU



setelah melewati 8 bulan lamanya akhirnya PK-OSIS dan CCS yang bekerjasama dengan eskut musik dan teater telah melahirkan beberapa album baru. sebuah mega proyek yang belum pernah di luncurkan sekolah manapun seindonesia. dimana siswa Spensaba mampu menciptakan lagu, melakukan rekaman, membuat video klip sampai membuat album. semua di kerjakan oleh siswa. tanpa keterlibatan guru secara langsung. guru hanya melakukan motivasi saja demi tercapainya karya siswa yang venomenal. seluruh karya telah bisa di nikmati di halaman Youtube. diantaranya:
1. kenangan semu : https://www.youtube.com/watch?v=NoMob5yBxOQ
2. inginku : https://www.youtube.com/watch?v=SMH1h5T9vDo

3. Cinta dua dunia : https://www.youtube.com/watch?v=OhrM7vEkflM
4. Kasihku : https://www.youtube.com/watch?v=ztWi4GTWndE
dll
masih banyak karya musik lainnya. silahkan saja nikmati. apresiasi masyarakat juga snagat besar. dimana hanya 6 bulan saja penonton di youtube sudah mencapai 2000

KUMPULAN DONGENG DAN FABEL KHAS SPENSABA

SETELAH CERPEN KUMPULAN DONGENG TELAH DI CETAK GENERASI SPENSABA. JIKA LUCU DAN MASIH POLOS MAKLUM YA. SEMUA CERITA DI KERJAKAN SISWA SPENSABA. KISAH DONGENG BALONGPANGGANG DI BUKUKAN DALAM BUKU INI


ASAL USUL DUSUN MAMBUNG LOR DAN DESA BANJARAGUNG
Oleh: Vina Eka Aprillia


Pada zaman dahulu ada sebuah dusun yang terkenal dengan kekayaan warganya. Walaupun mereka kaya, tetapi mereka tidak mau sama sekali pun untuk bersedekah. Mereka terkenal orang yang sombong – sombong dan suka memamerkan harta kekayaannya. Orang – orang dusun tersebut tidak tau untuk apa kita bersedekah.
Bagi mereka, bersedekah akan mengurangi hartanya yang kelama – lamaan hartanya akan habis sehingga mereka takut menjadi orang miskin. Tidak hanya tidak mau bersedekah, orang – orang dusun tersebut juga termasuk orang yang serakah, terutama serakah dalam bidang pekerjaan. Orang – orang dusun tersebut jika ada satu objek pekerjaan, mereka tidak mau pekerjaannya dibagi dengan warga dusun sebelah. Mereka khawatir jika bekerja hanya sedikit, mereka akan mendapatkan penghasilan yang juga hanya sedikit, sehingga bagi mereka tidak akan cepat menambah kekayaan hartanya.
Orang – orang dusun tersebut dikenal masyarakat Jawa dengan istilah ‘’plumbung – plumbung’’ yang artinya orang yang sombong – sombong. Pada suatu hari ada seorang pengemis mendatangi salah satu rumah orang sombong tersebut. Pengemis tersebut sangat kehausan sudah berhari hari jalan kaki mencari air namun, tidak setetes air pun ia temukan. Ia meminta kepada pemilik rumah untuk memberi ia air walau hanya setegukan. Namun kenyataannya sang pemilik rumah tidak memberinya air, si pemilik rumah berkata dihadapan pengemis itu bahwa dirumahnya sedang kehabisan air. Padahal dirumahnya terdapat bertandon – tandon air. Pengemis tadi sudah tua renta berjalan kemana - mana mencari air dengan membawa tongkat kayunya. Melihat pernyataan si pemilik rumah tersebut, pengemis itu berkecil hati. Dia tahu di dalam rumah orang sombong itu banyak terdapat air. Tetapi hanya pemiliknya yang tidak mau bersedekah kepadanya. Dalam hati pengemis itu bersumpah bahwa sumur – sumur di dusun tersebut akan dikeringkan. Dengan lantang dan suara yang keras, pengemis tersebut mengucapkan kalimat – kalimat dalam hatinya di hadapan sang pemilik rumah tersebut. Sang pemilik rumah hanya tertawa tak menghiraukan apa yang sudah diucapkan oleh pengemis itu. Pengemis itu langsung pergi dengan hati marah meninggalkan rumah orang sombong dan pelit itu.
Si pemilik rumah masih tertawa hingga masuk kerumahnya yang akan mau mandi, mendengar ucapan terakhir pengemis tua renta tadi. Hingga mau mandi, ia hendak mengambil air di sumur belakang rumahnya, tiba – tiba sang pemilik rumah tersebut terkejut karena secara tiba – tiba air dalam sumur mengering. Dalam hatinya ragu dan berkata, apakah ucapan pengemis tadi itu benar. Si pemilik rumah langsung menceritakan hal yang tejadi padanya kepada orang – orang dusun tersebut. Mendengar hal itu, warga langsung mengejar pengemis tadi.
Pengemis tadi berjalan kearah utara. Dengan semarak warga mengucapkan kata ‘’ngalor – ngalor‘’ yang artinya ke utara. Akhirnya warga menemukan pengemis tua renta tadi. Setelah menemui pengemis tadi, warga langsung meminta maaf kepada pengemis itu. Lalu pengemis itu memaafkan asal dengan suatu syarat, yaitu warga harus bisa mengubah sikapnya yaitu sikap sombong dan serakahnya. Dan warga pun menyetujui persyaratan tersebut. Setelah mendengar persetujuan warga tersebut, si pengemis itu lalu menancapkan tongkatnya ke dalam tanah hingga memancarkan air yang banyak sampai terjadi banjir yang besar.
Banjir yang besar masyarakat Jawa menyebutnya banjar agung. dan akhirnya ternamailah dusun dan sebuah desa tersebut dengan nama dusun Mambung lor dari pengambilan kata plumbung – plumbung dan ngalor – ngalor dan desanya yaitu desa Banjaragung pengambilan dari kata banjir yang besar.



Asal usul Dusun Karangwungu, Mojogede
Oleh: Zahrin

Pada zaman pemerintahan Mojopahit ada seorang Wiku dari Gunung Wilis punya anak dua bernama Sriada dan Sriani, kebetulan Sriani jadi penari latar kraton Mojopahit.
Sang wiku bernama Wongsotanu, Wongsotanu bersama anaknya di tugaskan ratu Mojopahit menjadi Demang di Guwo jero. Dan anaknya yang bernama Sriani semedi di dalam Guwojero.
Di Gresik Seh Maulana Malik Ibrahim menyuruh santrinya untuk mengunjungi Sang Bibi yaitu bernama Putri Cempo istri Prabu Kartobumi Raja Mojopahit. Setelah tiba di sungai sebelah utara kademangan Guwojero, R. Santri istirahat untuk sholat ashar. Tanpa di sadari ada seorang perempuan mandi di sungai tersebut, kebetulan R. Santri lagi sholat ashar.
Orang perempuan yang mandi itu tidak mengerti bahwa R. Santri itu lagi sholat ashar dan di kira R. Santri melihat perempuan yang mandi tersebut, akhirnya perempuan itu memberi tau pada suaminya dengan nada marah, akhirnya suaminya tersebut membawa tombak dam nencari R. Santri yang sedang sholat ashar. Tanpa berfikir panjang R. Santri di tombak sampai meninggal dan di kubur di tempat tersebut.
Suatu ketika ada hujan lebat dan banjir, akhirnya kali itu pindah ke sebelah utara dan merusak orang yang membunuh R. Santri dan minta maaf kepada R. Santri.
Di Mojopahit putra raja Mojopahit R. Patah oleh ibunya Putri Cempo anaknya di titipkan ke sunan ampel Surabaya. R. Patah dan sahabatnya R. Ahmad berangkat ke Surabaya dan melewati Guwojero, di Guwojero bertemu orang yang sedang topo yaitu Sriani. Setelah tiba di Guwojero R. Patah menggagalkan Sriani yang sedang tapa setelah Sriani gagal R. Patah mengajak Sriani supaya masuk islam, Sriani akhirnya mau masuk islam dan di suruh mengucap kalimat syahadat, dan akhirnya Sriani di nikahkan dengan sahabatnya yaitu R. Patah melanjutkan perjalanan ke Surabaya dan singgah ke Seh Maulana Malik Ibrahim.
Sriani dan R. Ahmad sudah memeluk agama islam, Sriani ketauan ayahnya Wongsotanu marah kepada Sriani. Karena tidak memberi tahu kepada sang ayah. Akhirnya Sriani menangis mengeluarkan air mata dan menetes ke dalam Guwojero





BALONG PANGGANG SATU CERITA


Asal usul Balongpanggang menurut cerita rakyat yang berkembang, kisah ini berawal dari Sunan Giri III, yaitu Sunan Margi. Beliau melakukan perjalanan dari Giri (Gresik) menuju ke Majapahit. Jalur yang dilewati melalui Cerme, Benjeng, Balongpanggang menuju ke barat, Mantup Lamongan.
Ketika sampai ditempat ini beliau berisitirahat. Sunan Margi adalah Raja ke tiga dari kerajaan Giri Kedaton. Sebagai raja kerajaan islam yang mendapat gelar Sunan, maka beliau juga berdakwah untuk mengenalkan Islam dan mengajak orang-orang untuk menyembah Allah swt. Islam waktu itu adalah agama baru bagi, mereka lebih terbiasa menyembah gerumbul, pohon-pohon tua, atau tempat-tempat angker sebagai persembahan untuk leluhur nenek moyang.
Keyakinan baru yang dibawa Sunan Margi, agama Islam, menimbulkan ancaman bagi keyakinan/agama lama yang telah diyakini sejak moyangnya. Sehingga ketika Sunan Margi meminta ijin mengambil air wudlu di Balong (kolam/jublang sumber air) untuk melaksanakan sholat, warga menolak, tidak mengijinkan. Mereka memperlakukan Sunan Margi dengan tidak baik.
Karena kehadiran Sunan Margi tidak diharapkan, beliau meneruskan perjalanan ke Mojopahit, lagipula di sini hanya mampir istirahat. Mengambil arah ke barat beliau menuju Mantup Lamongan. Sepeninggal sunan Margi, keanehan terjadi. Balong/kolam sumber air surut, kering kerontang. Dasarnya retak, merekah menganga seperti habis dibakar atau dipanggang. Mungkin ini adalah peringatan dari Allah swt, atas perlakuan warga kepada Sunan Margi, agar masyarakat sadar dan memeluk agama islam.
Kemudian hingga sekarang tempat ini dikenal luas oleh masyarakat menjadi Balongpanggang. Kira-kira artinya kolam kering seperti dipanggang. Balong artinya kolam/jublang sumber air.
Ini sesuai dengan keadaaan geografis saat ini. Desa Balongpanggang sumber air dari tanah, susah keluar, kalaupun ada jarang sekali dan rasanya asin, sehingga tidak bisa untuk diminum. Bahkan untuk mandi badan rasanya lengket (pliket) dan gerah. Masyarakat Balongpanggang memanfaatkan kolam (jublang, balong) sebagai tempat tandon air hujan, untuk mandi dan cuci.
Sedangkan konsumsi minum dan memasak mengambil dari air telaga khusus. Saat musim kemarau air telaga kering, masyarakat membeli air dari gunung Mantup, atau ngangsu di desa tetangga yang sumber airnya mudah didapat, misalnya Desa Kedungsumber.
Versi lain, kata Balong, banyak tertulis dalam buku peta desa lama, lebih dikenal dengan “Kretek Desa”. Balong berarti blok atau kelompok wilayah terkecil. Sebagai penjelasan pembanding, pada surat Pajak Bumi dan Bangunan, yang saya tahu, biasanya tertulis nomor persil/objek dan nomor blok. Setiap blok terbentuk dari seratusan lebih persil/objek tanah, dalam hal ini sawah ladang dan rumah.

MENCETAK BUKU CERPEN SENDIRI

SELAMAT KINI SISWA SMPN 1 BALONGPANGGANG TELAH MAMPU MEMBUAT BUKU SENDIRI. SLAAH SATUNYA KUMPULAN CERPEN YANG DI KERJAKAN SISWA-SISWA SPENSABA. INI SOBAT SALAH SATU KARYANYA


LUKA ABADI DALAM KENANGAN
Karya : Khofifah Indar Parawangsa


Pagi hari, dibawah langit biru ku menatap matahari terbit dari ufuk timur….
Pagi yang mengawali kehidupan ini. Sinarnya redup menjelajah diantara daun dan batang yang basah. Tetesan embun yang bening terus mengalir diantara serat-serat pepohonan nan sepi. Burung-burung bersiul bersaut-sahutan diantara ranting kering pohon bamboo, lalu ikan enggan berenang diantara sungai yang mulai mengering. Alirannya kini tingal searah saja, kecil dan semakin mengecil seharinya. Kehidupanku yang sunyi yang terpendam dalam luka. Aku duduk termenung diatas kesunyian dibawah pohon mangga yang kini tak lagi berbuah dan daun-daunnya mulai menguning.
Diantara keheningan pagi. Mata ini terus menatap bunga mawar yang elok nan indah dihadapan tubuh ini. Saat ku menatap bunga yang indah itu seakan-akan mata ini melihat surga diatas langit ke tujuh. Surga yang di ceritakan ustad-ustadku dulu seperti taman surgawi. Di penuhi dengan bunga-bunga yang indah. Bermekaran di sana-sini, lalu aliran sungai begitu deras dengan suasana tenangnya. Lalu beribu hewan yang indah menemani kesempurnaan taman surgawi. Begitu juga di hadapanku, kulihat kupu-kupu pun menghampiri bunga mawar yang elok nan indah itu, menari-nari diatas mahkota bunga mawar yang menambah ke indahan dalam kesunyianku. Kakinya yang lentik, terus menarikan sajak-sajak sunyi. Mengiringi suara alam yang terus bernostalgia diantara kisah romansa klasik.
Tangan yang merabah, memegang, dan menggenggam keindahan dalam kesunyian. Kaki yang berpijak di atas bumi, kaki yang menompang diri tuk menjalani hidup. Dan hati yang mantab tuk ada dalam kehidupan yang bahagia. Umur yang sudah tua rentan ini sama seperti pohon yang selama ini menjadi atap disaat ku duduk merasakan hembusan angin dalam kesunyian. Dalam renungku ku berfikir, apakah aku pernah muda?, aku pun tak tau kapan aku mudah? Seperti apa masa mudaku? Bahkan aku pun tak tau kapan masa kanak-kanakku di mulai dan telah usai? Kehidupan ini sungguh membingungkan. Kehidupan yang berjalan seperti air yang terus mengalir. Atau seperti angin yang terus berhembus tak tentu arah rimbanya. Menyela diantara dedaunan dan pepohonan. Lalu menepi diatas rumput-rumput yang bergoyang. Membela bukit dan pegunungan. Lalu menyentuh diantara gelombang lautan yang lepas.

Terlintas pada pikiranku………..
Dulu aku duduk disini dengan senyuman dan sejuta kebahagiaan. Duduk bersama denganmu dibawah sandaran pohon mangga yang berdaun lebat penuh dengan kehijauan dan pohon yang menjadi jantung dalam hubungan ini. Aku teringat ketika mulutmu berkata kepadaku. Bola mata yang memandangku dengan indah yang memberi sebuah arti dalam kehidupanku. Dan aku masih ingat betapa usahamu ketika tanganmu sekuat tenaga meraih tanganku untuk mengapai kebahagiaan. Aku masih dan aku akan selalu ingat disetiap langkahku walau nanti akhirnya aku pun berada di atas bumi. Berpijak dalam kehidupan realita yang pasti.
Terngiang disaat-saat kau bersamaku itulah awal kebahagiaan dalam hidupku. Aku sangat bahagia seakan aku telah tinggal di langit ke tujuh bersamamu dalam sebuah keabadian. Melewati hari yang terus berjalan. Bersama beriring melewati rintangan tuk menggapai hidup yang bahagia. Berpegangan tangan saat aku terjatuh. Membangunkanku saat aku tak lagi kuasa menahan beratnya hidup. Terus berjalan diantara jalanan yang berliku dan berduri. Lalu kerikil-kerikil tajam sering menancap diantara kakiku dan kakimu. Melukai, lalu darah bercucuran diantara kaki dan jalanan hidup kita. Kebahagiaan itu masih terkenang jelas di mataku. Tapi semua itu kini hanya tinggal kenangan.
Semua yang kulakukan, semua yang kujalani, semua terpaku dalam pesonamu. Semua hanyalah kenangan, kenangan yang hanya membawa luka. Tiba-tiba kau hilang, hilang entah kemana. Tak ada kabar berita, diantara Face-book, Twiter, Wechat, Line, SMS, BBM, bahkan diantara rumah dan jalanan yang pernah kita lalui. Tempat-tempat yang pernah kita singgahi kini tak lagi ada jiwamu. Kau hilang di telan bumi begitu saja. Tak ada kabar berita, tak ada isu maupun gosip tentangmu, tak ada kata perpisahan yang sewajarnya kau ucap untukku meskipun itu hanya sepatah kata.
Dengan hilangnya kau dari hidupku, hidup ini hanya penuh luka. Sejuta kebahagiaan yang kau beri kini hilang bersamamu dan berganti dengan luka. Aku tak tau kau ada dimana. Dalam keadaan apa ? apakah kau ada di surga?. Di surga yang indah dengan beribu-ribu khayalan yang akan jadi nyata. “Engkau ada dimana?”, jeritku sesaat dalam hati dengan tetesan air mata yang satu per satu membasahi pipiku. Setetes demi setetes luka itu membasahi dan membasai kehidupan ini. Tetes demi setetes terus mengalir membasahi bumi ini. Terus mengalir diantara tanah yang telah mengering.

Mataku terbuka dari pejaman mata hati yang merinduhkan kenangan,,,,,,,
Ketika mata ini terbuka, mata ini melihat sebuah kesunyian dibawah pohon mangga yang menjadi salah satu kenangan. Matahari kini telah ada di atas ubun-ubun. Kepala terasa sangat panas, panas dan panas. Panas yang mengartikan dalam luka yang kurasakan. Pohon mangga yang menjadi atap disetiapku termenung sekarang daun kuningnya pun mulai berguguran. Satu demi satu daun itu pun jatuh ke tanah dibawah kaki ini yang sedang merenungkan nasib. Satu dua daun berjatuhan, lalu tertiup angin yang semilir dari satu ranting keranting lain. Daun-daun terus berguguran mengikuti arah angin. Hingga daun-daun itu berserakan tak karuan diantara kaki dan tubuhku, dulu Bungah mawar yang menjadi keindahan dalam hidupku, kian kelopak bunga itu jatuh satu-per satu hingga tak tersisa sedikitpun. Batangnya pun mulai mengering bersama daun mungilnya. Bunga mawar yang dulu menjadi semangat hidup ini kian menjadi sebuah kelemahan dalam hidup ini.

Terfikirkan dalam kenangan,,,,,
Ku teringat dengan kenanganku yang saat ini menjadi lukaku. Orang tua yang kian lama bersamaku dulu, bersama dengan kebahagiaan yang hadir dalam hidup ini. Tapi kenapa detik ini kebahagiaan itu hilang seakan dihembus angin kencang. “Ayah dan ibu”, jeritku dalam kenangan dengan sebuah tangis yang memendam beribu-ribu luka. “Ayah dan ibu”, kuulangi perkataanku tadi dengan lantang ku berujar dalam hati. “Andai engkau ada disini, melewati hidup ini bersamaku alangkah indahnya hidupku, tapi itu tidak mungkin karena kalian telah ada di surga sana ditempat yang menyembunyikan sejuta keajaiban dalam keabadian.

“Ayah,,,,,,,,,,,,,,,,, Ibu,,,,,,,,,,,,,,,”
“Ayah, ibu mengapa kau cepat meninggalkan aku sendiri disini dengan beribu-ribu, bahkan berjuta-juta luka yang kini kurasakan”.
Dulu engkau bersamaku, bercanda tawa denganku dan melewati hari-hari ini denganku. Ketika aku melihat matamu dengan penuh kasih sayang, disitulah aku menemukan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Dari cerita kecerita. Aku tahu betapa kalian menyayangiku, sejak aku masih bayi. Kau menyentuh lentik tangan-tangan mungilku, menciumiku dengan rasa bangga dan bahagia. Mendapatkan rizki yang tak terhingga. Mendapatkan amanah untuk mendidikku, menghidupiku agar menjadi anak yang berbakti kepada Tuhanku, bangsa dan agamaku.
Bercerita diantara perjalanan hidup, mengenang ketika aku sedih, menangis karena problem yang kuhadapi di sekolah, bersama sahabat dan masyarakat kau senantiasa hadir menenangkanku. Hati ini semakin tenang ketika engkau berdua bersamaku, bersama dengan ku selamanya sampai azal menjemput dan membawa kami semua ke langit ke tujuh. Ke surgamu ya Allah dengan sebuah ke-ikhlasan. Kataku dalam hati, “Aku sayang dengan ayah dan ibu ku, aku sangat sayang, sayang dan sayang. Semoga kelak nanti aku akan bertemu dengan ayah dan ibuku, Amin,,,”.
Debu terus berhembus dari jalanan yang terjal………
Hari mulai sore. Matahari mulai meninggalkan bumi dan akan digantikan sementara dengan bulan. Daun-daun yang mulai kering, daun yang berguguran pun kian semakin banyak. Daun yang telah berguguran tanpa bisa kuhitung jumlahnya. Ranting dan pohonnya mulai mengering. Jari-jemariku kini mulai tak bisa tuk menggenggam. Menggenggam sebuah kenangan yang kini kian menerpahku dalam kesedihan. Bunga mawar yang ada dihadapanku kini kian menghilang demi detik. Detik demi detik berjalan daun kelopak mawar pun mulai berjatuhan dan mati, semakin lama dan semakin lama daun mawar pun meninggalkan tangkai tanpa isi, tangkai yang kering kerontang seperti halnya aku yang berdiri didunia ini sendiri tanpa orang-orang yang kusayangi.
Tiada lagi hujan, tiada lagi mendung yang ada hanyalah luka ku yang menjadi hujan dalam hati ini. Hujan yang tanpa henti, hujan yang selalu menghampiriku. Mendung yang menemani ku di setiap keadaan ku. Mendung yang mengawali sebuah hujan dan mendung pun mengawali luka yang kurasakan. Air mata, air mata ini telah cukup banyak tuk mengeluarkan rindu ku padamu. Pada orang-orang yang kusayangi.

Sahabat,,,,,,,,,,,,,,
Sahabat, sahabat adalah orang yang dapat menerima kita apa adanya bukan karena ada apanya. Sahabat yang selalu menemaniku disaat suka maupun duka. Sahabat bagaikan paru-paru dalam tubuh ku ini. Dimana tempatku menghirup udara didunia. Dulu kau ada untukku sahabat. Belajar bersama denganku, bercanda tawa denganku, berbagi kisah denganku. Tapi mengapa sekarang kau pergi meninggalkanku. Meninggalkanku sendiri di dalam kesunyian ini, kesunyian yang menakutkanku tuk menjalani hidup. Kau pergi entah kemana, pergi meninggalkanku sendiri. Kau pergi seperti semuanya yang meningalkan ku sendiri. Di tempat sunyi ini ku sendiri tanpa ada kau disini yang menemaniku dalam kesunyian ini.

Hahahahaaa,,,,,,,,,hahahahaaa,,,,,,,,,,,,
Suara tawa mu masih terdengar ditelingah ini. Suara tawa yang membuatku tersenyum. Suara tawa yang menjadi energiku saatku termenung meratapi hidup. Disaatku terluka kau bertanya padaku, “Kenapa kamu?” tanyanya kepadaku. Kata tanya itu masih teringat dalam memori ini memori yang menjadi isi kenangan dalam hidup yang pernah kujalani denganmu. Sahabat kau pernah berjanji tak akan meninggalkanku sendiri tapi kenapa kau pergi jauh entah kemana. Apakah kamu masih ada disini diatas bumi ini dibawah langit biru yang menjadi atapmu, ataukah kau telah disana, di langit ke tujuh bersama kedua orang tuaku.
“Sahabat aku rinduh padamu”

Ku kembali membuka mata dari pejamanku mengingat kenangan mu bersamaku sahabat. Saat ku membuka mata senja pun mulai menghampiri. Matahari yang awalnya terbit dari ufuk timur sekarang matahari mulai tenggelam di ujung barat. Daun-daun yang awalnya hijau segar sekarang pun gugur layu berterbangan seperti kenyataan yang dulu membahagiakan kini menjadi sebuah luka abadi dalam kenangan. Bunga mawar pun layu dengan beriringnya waktu, bunga mawar yang tadinya mekar merona kini bunga mawar pun hilang dibawah angin yang berhembus ke langit ketujuh. Tempat yang abadi dalam sebuah kebahagiaan.
Masih ditempat yang sama,,,,,,,,,,,,,,
Ditempat yang menyembunyikan luka ku ini. Aku hanya terdiam, terdiam dan terdiam. Kulit ini mulai keriput. Mata ini yang tak lagi dapat melihat dengan jelas. Tangan yang tak lagi dapat memegang, bahkan tak dapat lagi tuk menggenggam sebuah kebahagiaan. Hidup ini serasa hampah, hampah, hampah dan hampah. Kuterdiam sendiri diatas luka-lukaku yang abadi, perasaan yang kian tak menentu, rasa gelisah yang kini menghantuiku. Ku tak bisa mengelak dalam kenyataan hidup ini. Luka yang akan membawahku ke langit ke tujuh dan akan menemukanku dengan kebahagianku disana.
Saat aku melihat senja akan berganti mega. Siang berganti malam. Daun daun telah rontok berserakan tak karuan. Pandangan mataku terus menatap kesunyian yang semakin dalam. Mengingatkanku bagaimana negeri ini di perjuangkan. Para pejuang berguguran seperti daun kering ini. Satu demi satu menghembuskan nafas terakhirnya. Berkalang tanah, Berlumur darah demi kata “ merdeka” senjata bamboo runcing dan ketapel melapan senapan besi dan meriam belanda. Belum lagi pasukan Jepang dan Sekutu yang begitu kuatnya. Membumi hanguskan negeri ini dari ujung aceh hingga papua.
“pekik Allahu Akbar” yang di suarakan Bung Tomo di Surabaya, dan arek arek suroboyo yang terkenal generasi pahlawannya kini telah berganti korupsi, para pejabat tak lagi berjiwa pejuang, generasi muda pun kini telah malas belajar, malas berjuang demi negeri ini. Bagaimana mereka jika di minta mengorbankan nyawanya demi negeri, pasti mereka tidak akan mau lagi. Individualis dan sifat kekelompokan menjadi nyawa mereka, darah mereka hanya uang dan kekuasaan.

Perasaan yang sore ini semakin menyakitkan jiwaku. Kapan lagi aku menjumpai para pejuang-pejuang negeri ini. Yang dengan ikhlas dan sabar membangun negeri ini. Tanpa kenal rasa lelah dan letih, terus merangkak, terus belajar, terus berlari membangun negeri ini dari satu sisi kesisi yang lain. Dari satu masa ke masa yang akan datang. Hingga negeri ini bisa menjadi negeri yang terbaik di dunia dan akhirat.
Sabar,,,,,,,,,,,,
Sabar, sabar hanya sabar yang menemaniku tuk menghadapi dunia yang kejam ini. Dunia yang membuatku asing. Kaki ini tak dapat lagi melangkah, bahkan berdiri pun kaki ini tak bisa. Tubuh pun kian mulai rentah. Otot-otot tulang pun kian keropos. Pipi ini yang berkali-kali menampah air mata yang menetes. Kali ini pun air mata pun menetes lagi. Air mata ini menetes, menetes dan menetes, dan air mata ini yang telah membasahi pipi ini. Hingga air mata ini tak lagi ada. Mata ini kian tak bisa memandang. Mata ini perlahan demi perlahan menutup. Matahari telah tenggelam di ujung barat. Tubuh mulai lemas dan sangat lemah. Detik, demi detik pun kian terlewati dan mata ini pun kian menutup. Setelah kututup panjang mata ini lalu kubuka mataku dengan perlahan ku melihat keabadian hidup yang indah dan ternyata ku telah ada di langit ketujuh bersama dengan kebahagiaanku.

SANAS (SATGAS ANTI NARKOBA SPENSABA) AYO BERSIHKAN SEKOLAH DARI PENGARUH NARKOBA

Masa masa SMP sekarang ini rentan terhadap kasus kasus yang sering kali menjerat remaja, salah satunya mengenai masalah penyalahgunaan narkotika. Dan untuk mengatasi problematika seperti ini pihak dari Badan Narkotika Nasional mewajibkan sekolah membentuk duta anti narkoba yang disebut sebut sebagai SATGAS ANTI NARKOBA . Dengan adanya SATGAS ANTI NARKOBA SPENSABA (SANAS) memperkecil kemungkinan siswa yang menyalahgunakan narkoba. Untuk menjadi duta anti narkoba SPENSABA tidak mudah juga tidak sulit. Mengapa? Hal ini tidak mudah karena dari sekian banyaknya murid Spensaba dengan Satgas perbandingannya hanya 25 : 1 saja. Tetapi, apabila kinerja SATGAS dapat maksimal tanpa ada halangan sedikitpun, SATGAS dapat mendeteksi siswa yang positif maupun negatif narkoba, yang selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh pihak BK (Bimbingan Konseling). Lalu mengapa tidak sulit? Karena pihak BNN Kabupaten Gresik dengan cepatnya tentu dengan bantuan teknologi canggih yang berkembang seiring zaman modern ini dapat mendeteksi dengan cepat siswa siswi yang terdeteksi narkoba bahkan tanpa mendatangi siswanya.

Proses rehabilitasi bagi pengguna narkoba yang memang benar hasilnya positif, proses ini cukup asik namun bermanfaat. Proses rehab bertempat sesuai batas pecandu narkoba menggunakan narkoba , semisal pecandu narkoba berat hingga sakaw harus dibawa ke Kalimantan. Tetapi apabila pecandu yang hanya mencoba sekali dua kali dapat disembuhkan di BNN Kabupaten yang nantinya entah di ajak bermain main dimana (?) .


Bagaimana awal mula SATGAS dibentuk ? Kinerja hingga sekarang pun bagaimana ? SATGAS dibentuk sejak bulan Juli 2015, pada waktu itu SATGAS belum resmi menjadi duta anti narkoba karena belum dilantik oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Gresik. SATGAS yang waktu itu hanya bekerja seadanya dan tentu bekerja sama dengan guru BK untuk menelisik siswa siswi yang tanda kutip untuk di test urine saat Tim BNN datang ke spensaba.

Tepat tanggal 27 Juli pukul 08.00 WIB Tim seluruh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Gresik datang ke Spensaba, mereka dianjurkan masuk kedalam mushola untuk melantik SATGAS. Sebelum Tim BNN datang pun SATGAS dengan giat mempersiapkan acara pelantikan ini dengan sebaik-baiknya mulai dari membuat spanduk, berlatih membaca janji, dll. Hingga akhirnya acara ini dapat terlaksana.

Acara pelantikan SATGAS ditangi langsung oleh Ketua BNN Kabupaten Gresik yakni Bapak Agustianto. Beliau juga memberikan sambutan dan memberikan penjelasan yang detail serta cara untuk menghindari bahaya narkoba. Ada juga salah satu petugas BNN yang mengajarkan tentang penyakit HIV/AIDS. Beliau cukup detail dalam menjelaskan mengenai PMS ini. Siangnya, karena acara ini bersamaan dengan MOPDB, maka peserta MOPDB melakukan kegiatan demo yang berlangsung di jalan raya depan sekolah. Acara ini mengundang perhatian dari beberapa pengendara yang melintas.

Saat kegiatan pelantikan selesai dilaksanakan, masih ada tahap kedua yakni lomba aksi sekolah bersih narkoba yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus yang bertepatan dengan hari Selasa pada waktu itu. Acara ini disambut dengan yel-yel yang disuarakan oleh para tim SATGAS di lapangan sekolah, dengan membentuk koreografi seindah mungkin tim SATGAS dapat mengumandangkan genderang genderang untuk menjauhi narkoba dengan sekompak mungkin. Tak kalah juga salah satu anggota SATGAS menyuarakan jingle mengenai anti narkoba. Tak lupa pula dari pimpinan SATGAS mempresentasikan kegiatan SATGAS selama dilantik menjadi duta anti narkoba.

Tak hanya itu, tim SATGAS juga di tanya tanya mengenai bagaimana lingkungan sekolah spensaba berpatisipasi penuh dalam rangka lomba aksi sekolah bersih narkoba, tentu bukan siswa sembarangan yang berhadapan dengan tim dari BNN. Butuh penguasaan materi yang dalam mengenai narkoba untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dari tim penilai BNN.

Sebagian kecil tim penilai ada pula yang berkeliling sekolah untuk melihat kondisi sekolah yang memang harus benar benar bersih narkoba, “menang ataupun kalah kan sudah biasa ya, yang penting sekolah kalian benar benar bersih dari narkoba, saya bersyukur bahwa sekolah kalian waktu test urine hasil seluruhnya negatif” ujar salah satu tim penilai dari BNN.
Setelah melewati beberapa sesi perlombaan mulai dari pelantikan hingga lomba aksi sekolah narkoba. SATGAS kembali ditugaskan untuk berpatisipasi pada acara puncak lomba aksi sekolah bersih narkoba yang dilaksanakan di GOR TRI DARMA yang diikuti pada tanggal 5 September 2015 bertepatan hari Sabtu. Dengan pakaian pramuka ada juga yang memakai baju olahraga tim SATGAS berangkat menuju GOR TRI DARMA dengan kendaraan elf yang jumlahnya dua buah. Disana acara sudah berlangsung meriah dengan kumandang kumandang ajaka untuk menjauhi narkoba. Acara ini dihadiri oleh Bapak Wakil Bupati Gresik, Bapak Qosim dan ketua BNN kabupaten Gresik dan seluruh tim BNN beserta sekolah sekolah yang mengikuti puncak acara ini.

Tim SATGAS kembali ke sekolah dengan membawa piagam penghargaan karena telah berpatisipasi penuh dalam acara lomba aksi sekolah bersih narkoba.

(Alyani Nisa Febriyanti_CCS team)

Jumat, 06 Mei 2016

Pesan Mendikbud Anies Baswedan Untuk Pelaksanaan Ujian Nasional






AYO KAKAK-KAKAK KELAS 9 SIAPKAN PRESTASIMU. SONGSONG UJIAN NASIONAL INIS EBAGAI PSTA RAKYAT. KITA SAMBUT DENGANS ENYUMAN DAN KEBAHAGIAAN. USAHAMU SELAMA TIGA TAHUN AKAN DI UJI DI SINI.

UN tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan. Itu perubahan mendasar yang kita lakukan.

Ujian Nasional (UN) sudah berjalan lebih dari 12 tahun, selama ini UN menjadi salah satu perhatian utama dalam pendidikan.

Kini, kita melakukan perubahan UN. Apa perbedaan mendasar pada tahun ini?

UN tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan. Itu perubahan mendasar yang kita lakukan.

Mengapa itu harus dilakukan?


Pertama, kita memiliki kepentingan untuk mengukur pencapaian anak di dalam proses belajar mengajar. Dalam kenyataannya ketika usaha mengukur itu dikaitkan dengan kelulusan maka senyatanya kita menemukan di lapangan banyak sekali sekolah, guru, siswa yang belajar semata-mata agar angkanya tinggi. Supaya apa? Supaya lulus.


Bahkan di beberapa tempat di banyak tempat yang muncul justru kecurangan. Bersama-sama. Efek luar biasa yang sangat buruk bagi pendidikan kita.


Karena itu mulai sekarang UN dipisahkan dari kelulusan. Penentuan kelulusan ada pada sekolah.

Kita percayakan pada kepala sekolah, pada guru, untuk menilai setiap anak dari seluruh mata pelajaran termasuk di dalam perilakunya.


Lalu UN dipakai untuk menilai capaian siswa di daerah itu dibandingkan dengan nasional atau dibandingkan dengan daerah yang lebih luas.



Jadi kita ingin agar UN berubah. Dari alat menguji hasil belajar kita ingin menjadikan ini sebagai alat mengajar.


Apa saja yang kemudian berbeda sekarang?


Angkanya akan diterjemahkan secara kualitatif, deskriptif. Misalnya kalau anak dapat nilai delapan artinya apa, dijelaskan. Nanti dalam laporannya ada penjelasannya. Kalau angkanya enam artinya apa. Angkanya lima artinya apa. Jadi setiap siswa bukan hanya menerima angka tapi juga menerima penjelasan bagi orangtua, bagi guru. Ini membantu untuk memahami dimana sebenarnya kekuatan dan kelemahan anak.


Pelaporan UN nanti bukan hanya saja nilai agrerat atau komposit. Misalnya matematika setiap seorang anak mendapat nilai delapan maka kita akan deskripsikan apa saja komponen matematikanya. Misalnya aljabar, aritmetik, geometri, soal cerita. Itu semua akan ditunjukkan capainnya.


Jadi guru dan sekolah bisa mengetahui dimana letak kekuatan dan kelemahan guru dan sekolah serta siswa di dalam mempelajari matematika.


Karena kita ingin mendorong perilaku positif di dalam menjalankan ujian. Maka bagi mereka yang ingin memperbaiki nilainya bisa mengulang UN di tahun berikutnya.

Semangatnya bukan ujian untuk menghukum, tapi semangatnya adalah melakukan ujian untuk bisa meraih kompetensi, mengukur penguasaan.

Dan dengan begitu perilakunya akan lebih positif.


Jadi kita berharap dengan perubahan UN ini maka suasana pendidikan di Indonesia menjadi suasana yang lebih baik.


Hasil UN ini akan dipakai pemerintah melakukan pemetaan. Bagaimana pemerintah bisa membantu memfasilitasi sekolah-sekolah untuk meningkatkan kompetensinya. Terutama guru, jika hasil UN tak mencerminkan kenyataan.

Karena itu tolong jaga agar UN ini dijalankan dengan jujur, jadi kita punya gambaran yang sebenarnya.

Dan dengan hasil UN ini lalu pemerintah dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, baik dalam aspek metodologi maupun dari aspek substansi. Dan dengan melihat UN yang detail itu maka kita bisa sama-sama meningkatkan kualitas pendidikan kita.


Buat teman-teman siswa SMP, SMA yang akan mengikuti ujian. Buat sekolah, guru, kepala sekolah, orangtua, dinas dan semuanya.

Saya mengharapkan sekali bahwa UN kali ini dijalankan penuh kejujuran.

Dan kepada semua pihak jangan kotori siswa kita dengan aktivitas yang curang. Jauhkan itu dari sekolah-sekolah kita.


Buat teman-teman yang nanti akan mengambil ujian, Anda akan hidup di masa depan. Anda jangan membayangkan Anda SMA terus. 20 tahun lagi, 30 tahun lagi Anda akan menengok kepada hari ini. Dan nanti ketika Anda sudah dewasa, insya Allah Indonesia sudah berubah. Pada saat itu contek-menyontek, curang ujian, insya Allah sudah bukan barang yang normal.

Suatu saat akan Anda nanti akan ditanya oleh anak, oleh lingkungan. Dulu tahun 2015 ikut UN ya? Apakah Anda ikut curang di tahun 2015. Kelak Anda dewasa Anda bisa menjawab tidak.

Di saat Indonesia ujian banyak yang curang, saya memilih untuk jujur.

Di saat curang dianggap normal saya memilih untuk mengerjakan penuh integritas.

Jadilah anak-anak Indonesia yang menjaga amanat kejujuran. Jadilah anak Indonesia yang menjaga integritas. Mungkin hari ini Anda dianggap aneh bila mengatakan saya mau ujian dengan jujur. Tapi pastilah Anda yakin di masa yang akan datang Anda bagian dari masa depan saat itu, Anda akan merasa saya bagian yang membuat Indonesia Baru.


Buat Sekolah, buat semua pihak yang menyelenggarakan UN ini tolong jaga, selenggarakan UN dengan penuh integritas. Dapatkan hasilnya untuk memperbaiki pendidikan. Bukan untuk siapa-siapa. Bukan untuk saya, bukan untuk kepala dinas, bukan untuk kepala sekolah, bukan guru tapi demi masa depan anak-anak kita di Indonesia.


Buat kepala sekolah jika di dalam proses UN ini dijalankan dengan baik, kejujuran dijaga, ketertiban dijaga, penyelenggarannya dilakukan dengan amat baik. Maka hasilnya justru memudahkan bagi pemerintah untuk membantu meningkatkan kualitas sekolah yang Anda pimpin.

Bila hasil ujian semata-mata dipandang sebagai evaluasi kinerjanya bukan dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kinerja pendidikan, nanti berbagai macam cara yang selama ini kita lihat, kecurangan –kecurangan itu akan terjadi.

Jadi saya berharap sekali kepada Kepala sekolah untuk menjaga integritas ujian itu.


Ke depan pemerintah justru akan menilai bukan saja aspek capaian nilai dari bidang-bidang studi yang diujikan.

Pemerintah juga akan menilai komponen integritas dari pelaksanaan ujian itu. Jadi nanti kita akan memiliki Indeks integritas.

Indeks integritas inilah yang justru ingin kita tonjolkan. Salah satu masalah terbesar di Indonesia adalah soal integritas. Efeknya kita lihat banyak sekali korupsi. Dan kalau kita ingin mengajarkan itu mulainya dari mana? Dari rumah dan dari sekolah.

Karenanya sekolah kita harus menjadi sekolah yang berintegritas. UN adalah salah satu kesempatan untuk mengukur integritas itu.

Nanti sekolah-sekolah yang angka integritasnya tinggi adalah sekolah-sekolah yang justru akan mendapat apresiasi dari pemerintah.


Pemerintah akan mendorong para Kepala Sekolah, para guru yang menjaga integritas untuk bisa menjadi contoh bagi guru lainnya, bagi dunia pendidikan dan bagi masyarakat.

Ke depan UN hasilnya ada dua komponen: capaian di bidang studi dan capaian dalam komponen integritas.

(DIKUTIP DARI BEBERAPA HALAMAN)

Kamis, 05 Mei 2016

RINDU MERAH-PUTIH BERKIBAR

Denting jam menunjukkan pukul 07.30 tepat, saat udara panas menyentuh kulitku begitu tajamnya. Keringat dingin mulai bercucuran dari pori-pori kulitku. Getaran jantung semakin kencang detaknya. Tiba tiba suara terdengar begitu kerasnya dari arah belakangku. “ bendera merah putih putus” seketika aku terbangun dari kesendirianku. Memandang bendera negaraku menari dari puncak tiang menuju tanah airku. Sejuta mata memandang dengan herannya. Tapi aku tak kuasa melihat suasana itu. “ bruk” aku terjatuh. Suasana hening seketika. Itu ku dengar dari batinku. Sahabat-sahabatku memandangku dengan wajah aneh. Wajah yang selama ini tak pernah aku mengerti. Seketika guru olahraga mengangkatku ke arah ruang UKS. Ting... ting dentingan suara dari kejauhan membangunkanku. Ku lihat suasana pucar di sekitarku. Lelaki bertubuh tegap berbicara dengan suara yang tegas.” Kita harus ebrgerak. Mengamankan sang pusaka yang kini di ambil Belanda. Jendral sudirman memerintahkan kita terus ebrgerak menyerang ke markas belanda malam nanti” ku pandangi dengan jeli di sekitar sana. Banyak pasukan ami yang terluka. Darah bercucuran dari tubuh darmin, salah satu rombongan kami. Kakinya tertembak peluru belanda. Tak ada satupun dari kami yang menyerah. Kami aan terus berjuang merebut kembali bendera kami. Merah warna dara kami dan putih kesucian kami. Kami bergerak menyusuri hutan yang lebat di kawasan giri kedaton. Semangat perjuangan sunan giri menemani kami. Berlari darn terus berlari mengitari hutan untuk mencapai pelabuhan. Bendera merah putih di simpan pasukan belanda di pelabuhan gresie. Kapal kapan belanda berjajar rapi seperti ikan tri yang terus berlari mencari mangsa di lautan lepas. Kami pun terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tanpa alas kaki, darah dan naanah tak pernah di pedulikan demi satu bendera. Bendera yang kaan kami agungkan di tiang bendera. “ belanda datang” suara Mat Jarwo terdengardari atas pohon jati. Kamipun tiarap menunggu mereka mendekat lalu menyerang dengan tombak kami. Yang telah kami lumuri dengan racun kobra. Mengendap-endap kami melewati semak-semak belukan. Duri dan ranting yang menusuk tubuh kami sudah menjadi makanan lumrah kami. Tiba- tiba aku terbangun. “ sudah siuman” ucap sahabatku di ruang BK. Aku memandangi mereka denagn penuh tanya. “ apakah bendera kita telah di selamatkan”. Pertanyaanku membuat sahabatkus aling memandang. Dalam hatinya muncur tanda tanya yang mereka sendiri tak mengerti apa yang aku maksud. “Apa bendera sudah di selamatkan” ucapku dengan nada lebih keras. Merekapun menjawab dengan kompak. Sudah. Bendera sudah di bawah pak mujianto keruang OSIS. “ perasaanku semakin kalut” jangan jangan bendera tadi tak terselamatkan. Mataku mulai aku pejamkan. Berusaha melupakan apa yang terjadi. Biarkans ekali inis aja benderaku tak terselamatkan. Seketika, kulihat jam menunjukkan pukul 08.00 aku memaksakan berdiri dari tempat tidurku. Tapi petugas UKS membimbingku agar rebahan dulu. Sambil menyuapiku dengan makanan yang hangat. Kuandangi wajahnya. Guru yang cantik dan bersahaja. Kupandang dalam keruangan kosong diantara wajah dan tutur katanya. Aku masuk keruang rumah sakit yang hening. Tak ada yang bicara denganku.s emuanya mematung. Ayahku, pamanku, kakakku,a dikku, semua tetanggaku diam membisu did epan rumah sakit. Saat aku masuk ku lihat tubuh berbujur kaku. Tak memandangku, wajah yang selama ini menemaniku dari kecil. Sosok yang menyuapiku kini telah berpulang. Aku mulai sadar ibuku telah tiada. Segala kenangan telah musnah bersama harapanku. Ku lihat tak ada dokter dan paramedis satupun di sana. Perasaan berkecamuk menemani hatiku yang sepi. “orang miskin tak boleh sakit” ucapku lirih. Mengenang betapa miskinnya kami. Hingga mengobatkan ibuku pun tak bisa. Tak lagi ada kata BPJS yang budiman. Ibuku telah berpulang. Tetes demi tetes air mata membasahiku. Hingga aku tak kuat menahan perasaan sakit ini. Saat aku membuka mataku kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 10. 00, di depan kelas Bu Nanik menjelaskan begitu semangatnya. Tentang Undang-undang dasar, kitap undang undang yang di anggap suci bagi negeri ini. Lalu pancasila yang selalu di agungkan. Kami semua harus memiliki jiwa nasionalisme. Mampu berjuang demi negeri ini. Patriotisme di gemakan di hati kami dengan logika matematika dan sosialnya. Aku meandangnya begitu semangat. Merasuk kedalam matanya yang bening. Kulihat betapa matanya memancarkan cahaya yang bening. Ku semakin kedalam memasuki cahaya itu dan aku temukan satu masa. Dimana aku dan sahabat-sahabatku bermain di jalanan. Sambil mendendangkan lagu barat “see you again” menemani perjalanan kami. Kudengarkan begitu semangatnya. Sahabatku kepalanya mangut mangut seakan memahami dengan baik syair itu. Seketika hatiku tergugah, di mana letak lagu indonesia raya, indonesia pusaka, gugur bunga, lalu lagu-lagu ndonesia. Tak ada satupun dari daftar putar lagu di HP temanku yang bernuansa indonesia. Semuanya bernuansa barat. Lalu bicaranya mulai ke inggris-inggrisan. Hatiku semakin perih ketika melihat suasana itu. Hatiku peluh tak mampu menerima kenyataan ini. Teng... teng.... teng.... suara itu menyadarkanku kembali dari bayangan sepiku. Aku melihat ke samping. Dela sahabatku yang setia menemaniku selama ini dia tersenyum dan berkata “ sudah pukul 11.00 waktunya pelajaran bahasa indonesia. Lima menit yang lalu pak Yas datang. Dia meminta kita belajar diskusi. Diskusi harus santun, harus mengedepankan kesantunan. Logika yang logis, dan bahasanya harus baik. Meskipun tidak sependapat dengan lawan diskusi harus mengunakan bahasa yang enak di ucapkan. Melihat catatan buku temanku kulihat degan jelas tadi malam bagaimana anggota dewan yang saling menghujat, menghina satu dan lainnya. Mereka melempar mic dengan brutal. satu diantaranya maju kedepan lalu melempar meja ke pimpinan sidang. “Lalu mana yang namanya santun” aku tak melihat kesantunan di hati para pemimpinku, saat di kelas aku di ajari diskusi santun. Lama lama kepalaku pusing hingga aku terjatuh di depan televisi Ting... ting suara itu membangunkanku seketika ketika aku tiba tiba mendengar suara adzan di masjid sekolahku. Tepat pukul 11.45 menit memasuki waktu sholat dhuhur. Ku ambil air wudhu. Ku hadapkan wajahku menghadap Thanku memohon agar masalah negeri ini segera selesai. Ku basuh mukaku berharap agar mataku selalu memandang kebenaran, akhakul karimah yang di lakukan masyarakat negeriku. Lalu ku membasuh tanganku agar terbebas dari seluruh perbuatan tercela. Di masjid ku lihat sahabatku memakai pakaian putih, senyum bahagia terpancar dari wajah mereka. Busana putih mengambarkan betapa hati mereka suci sebersih akhlakul karimah. Lalu Ku bersujut menghadapkan wajahku ke hadapan Tuhanku. Aku memohon satu harapan saja. Harapan yang paling aku inginkan. Aku tak ingin mobil mewah untuk orang tuaku, HP yang paling bagus untuk bergaya ria di hadapan sahabatku. Apalagi minta nilai bagus untuk semua bidang studi. Aku hanya berharap bendera “merah putih” kembali berkibat di ujung tiang bendera di setiap hati rakyat negeri ini.

  GERAKAN 4 M WUJUDKAN INSPIRASI DUNIA EKSPOR GENERASI MUDA INDONESIA Oleh : Yusuf Aliputro, S.Pd. “Dunia tak selebar daun kelor” sebuah...