Pesan Mendikbud Anies Baswedan Untuk Pelaksanaan Ujian Nasional
AYO KAKAK-KAKAK KELAS 9 SIAPKAN PRESTASIMU. SONGSONG UJIAN NASIONAL INIS EBAGAI PSTA RAKYAT. KITA SAMBUT DENGANS ENYUMAN DAN KEBAHAGIAAN. USAHAMU SELAMA TIGA TAHUN AKAN DI UJI DI SINI.
UN tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan. Itu perubahan mendasar yang kita lakukan.
Ujian Nasional (UN) sudah berjalan lebih dari 12 tahun, selama ini UN menjadi salah satu perhatian utama dalam pendidikan.
Kini, kita melakukan perubahan UN. Apa perbedaan mendasar pada tahun ini?
UN tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan. Itu perubahan mendasar yang kita lakukan.
Mengapa itu harus dilakukan?
Pertama, kita memiliki kepentingan untuk mengukur pencapaian anak di dalam proses belajar mengajar. Dalam kenyataannya ketika usaha mengukur itu dikaitkan dengan kelulusan maka senyatanya kita menemukan di lapangan banyak sekali sekolah, guru, siswa yang belajar semata-mata agar angkanya tinggi. Supaya apa? Supaya lulus.
Bahkan di beberapa tempat di banyak tempat yang muncul justru kecurangan. Bersama-sama. Efek luar biasa yang sangat buruk bagi pendidikan kita.
Karena itu mulai sekarang UN dipisahkan dari kelulusan. Penentuan kelulusan ada pada sekolah.
Kita percayakan pada kepala sekolah, pada guru, untuk menilai setiap anak dari seluruh mata pelajaran termasuk di dalam perilakunya.
Lalu UN dipakai untuk menilai capaian siswa di daerah itu dibandingkan dengan nasional atau dibandingkan dengan daerah yang lebih luas.
Jadi kita ingin agar UN berubah. Dari alat menguji hasil belajar kita ingin menjadikan ini sebagai alat mengajar.
Apa saja yang kemudian berbeda sekarang?
Angkanya akan diterjemahkan secara kualitatif, deskriptif. Misalnya kalau anak dapat nilai delapan artinya apa, dijelaskan. Nanti dalam laporannya ada penjelasannya. Kalau angkanya enam artinya apa. Angkanya lima artinya apa. Jadi setiap siswa bukan hanya menerima angka tapi juga menerima penjelasan bagi orangtua, bagi guru. Ini membantu untuk memahami dimana sebenarnya kekuatan dan kelemahan anak.
Pelaporan UN nanti bukan hanya saja nilai agrerat atau komposit. Misalnya matematika setiap seorang anak mendapat nilai delapan maka kita akan deskripsikan apa saja komponen matematikanya. Misalnya aljabar, aritmetik, geometri, soal cerita. Itu semua akan ditunjukkan capainnya.
Jadi guru dan sekolah bisa mengetahui dimana letak kekuatan dan kelemahan guru dan sekolah serta siswa di dalam mempelajari matematika.
Karena kita ingin mendorong perilaku positif di dalam menjalankan ujian. Maka bagi mereka yang ingin memperbaiki nilainya bisa mengulang UN di tahun berikutnya.
Semangatnya bukan ujian untuk menghukum, tapi semangatnya adalah melakukan ujian untuk bisa meraih kompetensi, mengukur penguasaan.
Dan dengan begitu perilakunya akan lebih positif.
Jadi kita berharap dengan perubahan UN ini maka suasana pendidikan di Indonesia menjadi suasana yang lebih baik.
Hasil UN ini akan dipakai pemerintah melakukan pemetaan. Bagaimana pemerintah bisa membantu memfasilitasi sekolah-sekolah untuk meningkatkan kompetensinya. Terutama guru, jika hasil UN tak mencerminkan kenyataan.
Karena itu tolong jaga agar UN ini dijalankan dengan jujur, jadi kita punya gambaran yang sebenarnya.
Dan dengan hasil UN ini lalu pemerintah dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, baik dalam aspek metodologi maupun dari aspek substansi. Dan dengan melihat UN yang detail itu maka kita bisa sama-sama meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Buat teman-teman siswa SMP, SMA yang akan mengikuti ujian. Buat sekolah, guru, kepala sekolah, orangtua, dinas dan semuanya.
Saya mengharapkan sekali bahwa UN kali ini dijalankan penuh kejujuran.
Dan kepada semua pihak jangan kotori siswa kita dengan aktivitas yang curang. Jauhkan itu dari sekolah-sekolah kita.
Buat teman-teman yang nanti akan mengambil ujian, Anda akan hidup di masa depan. Anda jangan membayangkan Anda SMA terus. 20 tahun lagi, 30 tahun lagi Anda akan menengok kepada hari ini. Dan nanti ketika Anda sudah dewasa, insya Allah Indonesia sudah berubah. Pada saat itu contek-menyontek, curang ujian, insya Allah sudah bukan barang yang normal.
Suatu saat akan Anda nanti akan ditanya oleh anak, oleh lingkungan. Dulu tahun 2015 ikut UN ya? Apakah Anda ikut curang di tahun 2015. Kelak Anda dewasa Anda bisa menjawab tidak.
Di saat Indonesia ujian banyak yang curang, saya memilih untuk jujur.
Di saat curang dianggap normal saya memilih untuk mengerjakan penuh integritas.
Jadilah anak-anak Indonesia yang menjaga amanat kejujuran. Jadilah anak Indonesia yang menjaga integritas. Mungkin hari ini Anda dianggap aneh bila mengatakan saya mau ujian dengan jujur. Tapi pastilah Anda yakin di masa yang akan datang Anda bagian dari masa depan saat itu, Anda akan merasa saya bagian yang membuat Indonesia Baru.
Buat Sekolah, buat semua pihak yang menyelenggarakan UN ini tolong jaga, selenggarakan UN dengan penuh integritas. Dapatkan hasilnya untuk memperbaiki pendidikan. Bukan untuk siapa-siapa. Bukan untuk saya, bukan untuk kepala dinas, bukan untuk kepala sekolah, bukan guru tapi demi masa depan anak-anak kita di Indonesia.
Buat kepala sekolah jika di dalam proses UN ini dijalankan dengan baik, kejujuran dijaga, ketertiban dijaga, penyelenggarannya dilakukan dengan amat baik. Maka hasilnya justru memudahkan bagi pemerintah untuk membantu meningkatkan kualitas sekolah yang Anda pimpin.
Bila hasil ujian semata-mata dipandang sebagai evaluasi kinerjanya bukan dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kinerja pendidikan, nanti berbagai macam cara yang selama ini kita lihat, kecurangan –kecurangan itu akan terjadi.
Jadi saya berharap sekali kepada Kepala sekolah untuk menjaga integritas ujian itu.
Ke depan pemerintah justru akan menilai bukan saja aspek capaian nilai dari bidang-bidang studi yang diujikan.
Pemerintah juga akan menilai komponen integritas dari pelaksanaan ujian itu. Jadi nanti kita akan memiliki Indeks integritas.
Indeks integritas inilah yang justru ingin kita tonjolkan. Salah satu masalah terbesar di Indonesia adalah soal integritas. Efeknya kita lihat banyak sekali korupsi. Dan kalau kita ingin mengajarkan itu mulainya dari mana? Dari rumah dan dari sekolah.
Karenanya sekolah kita harus menjadi sekolah yang berintegritas. UN adalah salah satu kesempatan untuk mengukur integritas itu.
Nanti sekolah-sekolah yang angka integritasnya tinggi adalah sekolah-sekolah yang justru akan mendapat apresiasi dari pemerintah.
Pemerintah akan mendorong para Kepala Sekolah, para guru yang menjaga integritas untuk bisa menjadi contoh bagi guru lainnya, bagi dunia pendidikan dan bagi masyarakat.
Ke depan UN hasilnya ada dua komponen: capaian di bidang studi dan capaian dalam komponen integritas.
(DIKUTIP DARI BEBERAPA HALAMAN)
Komentar
Posting Komentar