SEKOLAH KARYA CIPTA
Setelah siswa lulus sekolah sering kali mereka mengalami depresi karena
tidak mendapatkan pekerjaan. Perusahaan dan instransi usaha membutuhkan para tenaga
ahli di bidangnya. Sedang pendidikan di indonesia lebih menekankan pada aspek
pengetahuan dibandingkan dengan life skill. Apalagi bagi siswa yang hanya
lulusan SMP. Seperti siswa-siswa yang hidup di kawasan pedesaan. Jangankan
menempuh jenjang universitas. Jenjang SMA saja terasa sulit bagi mereka.
Jarang sekali sekolah memberikan life skill terhadap siswa. Terlebih cipta
kreatif. Persoalan inilah yang mengakibatkan siswa tidak mampu berkreasi
setelah lulus dari sekolah baik tingkat SMP ataupun SMA. Apakah mencipta
lapangan kerja sendiri dalam bentuk jasa ataupun usaha.
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran para tokoh-tokoh dunia, seperti
Mahatma Gandhi yang memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education
without character”(pendidikan tanpa karakter). Begitu pula, Dr. Martin
Luther King yang pernah berkata: “Intelligence plus character….that is the
goal of true education” (Kecerdasan plus karakter….itu adalah tujuan akhir
dari pendidikan sebenarnya). Juga Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To
educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society”
(Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah
ancaman mara-bahaya kepada masyarakat). Bahkan pendidikan yang menghasilkan
manusia berkarakter ini telah lama didengung-dengungkan oleh pandita pendidikan
Indonesia, Ki Hajar Dewantara, dengan pendidikan yang berpilar kepada Cipta,
Rasa dan Karsa. Bermakna bahwa pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan
(knowledge) tetapi juga mengasah afeksi moral sehingga menghasilkan
karya bagi kepentingan ummat manusia.
Sebagaimana tujuan pendidikan nasional.
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan
dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
Salah
satu hal yang ingin di wujudkan dalam tujuan pendidikan nasional adalah agar
siswa mampu kreatif. Hal inilah yang masih sangat jarang di miliki lulusan
pendidikan di indonesia. Apalagi lulusan SMP. Siswa hanya sekedar mendapatkan
pengetahuan saja tanpa bisa berkreasi dalam bentuk cipta. Begitu juga yang
terjadi di SMPN 1 Balongpanggang (selanjutnya di sebut Spensaba) selama ini.
Pentingnya kreativitas
tertera dalam Sistem
Pendidikan Nasional No
20 Tahun 2003 yang intinya antara lain adalah melalui pendidikan diharapkan
dapat mengembangkan potensi
peserta didik agar
menjadi manusia yang
bertakwa, berakhlak mulia,
cakap, kreatif, juga
mandiri
Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang berkewajiban mengembangkan
potensi siswa semaksimal
mungkin dalam berbagai
aspek kepribadian, sehingga menjadi manusia yang mampu berdiri sendiri
di dalam dan di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu
diharapkan pendidikan dapat menunjang pembangunan bangsa dalam
arti luas.
Di sisi lain Brand (merek)
merupakan salah satu
bagian terpenting dari
suatu produk. Mereka dapat menjadi nilai tambah bagi
produk, baik itu produk yang
berupa barang maupun jasa. Merek adalah suatu
nama, simbol, tanda
desain atau gabungan
di antanya untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi,
atau persahaan pada barang dan jasa yang
dimiliki untuk membedakan dengan produk
jasa lainnya
Brand dalam dunia pendidikan sangat
di perlukan. Sebagai bentuk identitas nilai jual bagi sekolah. Sekaligus
sebagai identitas sekolah. Brand sekolah
akan menentukan arah dan tujuan sekolah itu sendiri..Karena itulah tahun ini spensaba membentuk branding sebagais ekolah cipta
Komentar
Posting Komentar